Model Pembelajaran RA - SK Dirjen Pendis Nomor 2765 Tahun 2019 - Di dalam suatu model mencakup adanya pendekatan, strategi, metode maupun teknik pembelajaran yang digunakan. Model pembelajaran di RA berkaitan dengan penataan lingkungan belajar anak. Lingkungan belajar anak sangat berpengaruh pada apa dan bagaimana anak belajar.
Terdapat beberapa model pembelajaran berbasis pengelolaan kelas RA. Model pembelajaran yang dipilih ditentukan penataan lingkungan belajar yang memungkinkan anak untuk bekerja, bergerak dan berkembang secara bebas. Model pembelajaran RA tersebut antara lain:
1. Model klasikal
Model pembelajaran klasikal adalah pola pembelajaran dimana dalam waktu dan kegiatan yang sama dilakukan oleh seluruh anak dalam satu kelas. Model pembelajaran ini merupakan model yang paling awal digunakan, dengan sarana pembelajaran yang pada umumnya sangat terbatas, serta kurang memperhatikan minat individu anak.
2. Model Kelompok
Model pembelajaran kelompok dengan kegiatan pengaman adalah pola pembelajaran di mana anak-anak dibagi menjadi beberapa kelompok, dan setiap kelompok melakukan kegiatan yang berbeda-beda. Dalam satu kali pertemuan anak harus menyelesaikan 2-3 kegiatan dalam kelompok secara bergantian.
Pada kegiatan pengaman, harus mempertimbangkan karakteristik dan minat anak terhadap kegiatan, bahan dan alat main, atau apapun yang ada di lingkungan sekitar anak. Oleh karena itu, penataan seluruh kegiatan, baik kegiatan kelompok maupun kegiatan pengaman, sebaiknya tetap memperhatikan kecukupan tempat dan jenis main yang disediakan dengan menggunakan bahan dan alatalat yang lebih bervariasi, disesuaikan dengan tema/ subtema yang dibahas.
3. Model Sudut
Model pembelajaran ini merupakan model yang memperhatikan minat anak dengan pengelolaan kelas berupa 2-5 sudut di dalam kelas sesuai program yang direncanakan. Sudut-sudut yang dimaksud adalah sudut ketuhanan, sudut keluarga, sudut alam sekitar dan pengetahuan, sudut pembangunan dan sudut kebudayaan.
Model pembelajaran sudut memberikan kesempatan kepada anak didik belajar dekat dengan kehidupan sehari-hari. Model ini bersumber pada teori pendidikan dan perkembangan Montessori.
Berikut karakteristik model sudut:
a. Praktek kehidupan
Anak-anak dikenalkan dengan berbagai kegiatan hal dalam kehidupan sehari-hari untuk melatih keterampilan dan kemandirian, seperti mengikat tali sepatu, menyiapkan bekal makan mereka, pergi ke toilet tanpa bantuan, dan membersihkan diri sendiri ketika mereka menumpahkan sesuatu, dan berbagai keterampilan hidup lainnya.
baca juga:
Pentingnya pendekatan saintifik pada anak
Panduan pembelajaran saintifik TK RA
Contoh pendekatan saintifik
b. Pendidikan kesadaran sensori
Anak-anak dilatih untuk peka dalam menggunakan lima indera yang mereka miliki.
c. Seni berbahasa
Anak-anak diberi kesempatan untuk mengekspresikan diri mereka secara verbal. Anak-anak juga mengembangkan kemampuan membaca, mengeja, tata bahasa, dan kemampuan menulis.
d. Matematika dan geometri
Anak-anak dikenalkan tentang konsep matematika dasar, baik itu dengan menggunakan tangan maupun dengan alat.
e. Budaya.
Anak-anak dikenalkan dengan berbagai budaya yang mencakup geografi, hewan, 1 waktu, sejarah, musik, gerak, sains, dan seni. Selaras dengan fokus pengelolaan program pembelajaran di atas, maka model sudut-sudut kegiatan yang dikembangkan adalah sebagai berikut:
1). Sudut Latihan Kehidupan Praktis (Practical Life Corner)
Sudut latihan kehidupan praktis memberikan kesempatan untuk meniru apa yang dilakukan oleh orang dewasa di sekitar mereka setiap hari. Misalnya, mereka menyapu, mencuci, memindahkan suatu barang dengan berbagai alat yang berbeda (sendok, sumpit dan lain-lain), membersihkan kaca, membuka dan menutup kancing atau resleting, membuka dan menutup botol/kotak/kunci, mengelap gelas yang sudah di cuci dan sebagainya.
2). Sudut Sensorik
Sudut sensorik mengembangkan sensitifitas penginderaan anak, yakni penglihatan, pendengaran, penghiduan, perabaan, dan pengecapan. Di sudut sensorik fokus pada pengenalan benda seperti berbagai perbedaan warna, merasakan berat ringan, berbagai bentuk dan ukuran, merasakan tekstur halus-kasar, tinggi-rendah suara, berbagai bebauan dari benda-benda, dan mengecap berbagai rasa dari benda yang dijumpai sehari-hari.
3). Sudut Matematika (Pre Math and Perception Corner)
Sudut matematika memberi kesempatan kepada anak-anak mengenal konsep-konsep matematika mulai dari hal yang kongkrit hingga abstrak. Anak-anak belajar memahami konsep dasar kuantitas/jumlah dan hubungannya dengan lambang-lambang serta mempelajari angka-angka yang lebih besar dan operasi matematika seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian secara alami. Selain itu, di sudut ini anak dapat belajar matematika melalui pengukuran, seperti mengukur jarak, mengukur literan, mengukur besar kecil dan lain-lain.
4). Sudut Bahasa (Language and Vocabulary Corner)
Sudut bahasa mengembangkan kemampuan anak dalam belajar mendengar dan menggunakan kosa kata yang tepat untuk seluruh kegiatan, mempelajari nama-nama susunan, bentuk geometris, komposisi, tumbuh-tumbuhan, dan sebagainya. Selain itu, anak-anak mulai diperkenalkan tentang komposisi/ susunan kata, kalimat dan cerita.
5). Sudut Kebudayaan (Culture and Library Corner)
Sudut kebudayaan memberi kesempatan kepada anak-anak untuk mengenal Geografi, Sejarah, Ilmu tentang tumbuh-tumbuhan dan IImu pengetahuan yang sederhana. Anak-anak belajar secara individual, kelompok dan diskusi mengenai dunia sekitar mereka, pada saat ini dan masa lalu. Pengenalan akan tumbuh-tumbuhan dan kehidupan binatang seperti juga pengalaman sederhana untuk mengetahui lebih jauh tentang ilmu pengetahuan alam. Selain itu, anak-anakpun diperkenalkan tentang masakan khas daerah, melalui kegiatan memasak.
4. Model Area
Model area adalah model pembelajaran yang lebih memberikan kesempatan kepada anak untuk memilih atau melakukan kegiatan sendiri sesuai dengan minatnya.
Model Pembelajaran Area dirancang untuk memenuhi kebutuhan khusus bagi setiap anak dan dapat menjunjung tinggi keragaman tradisi budaya.
Model pembelajaran area menekankan akan individualisasi pengalaman belajar bagi anak, membantu anak mengambil keputusan melalui kegiatan yang direncanakan serta melibatkan peran serta keluarga.
Lingkungan belajar pada model pembelajaran area merupakan lingkungan belajar yang berpusat pada anak. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan minat masingmasing anak (individualisasi), sementara itu pula memperhatikan pentingnya pembelajaran antar teman sebaya dan pembelajaran dalam kelompok-kelompok kecil.
Area ditata secara menarik dan mengundang minat anak. Peralatan, bahan-bahan ajar, jadwal harian, dan tata letak kelas sesuai dengan kebutuhan dan meningkatkan pertumbuhan setiap anak. Setiap area memiliki beberapa kegiatan yang menggunakan alat dan bahan yang berbeda sesuai dengan karakteristik dan tujuan area tersebut.
Semua anak dapat memilih area mana yang paling sesuai dengan minatnya. Untuk semua area difasilitasi oleh seorang pendidik. Pendidik mengamati dan memberi dukungan anak-anak yang bermain di semua area yang dibukanya.
baca juga:
Metode Pembelajaran Abad 21
5 Strategi Pembelajaran Abad 21
Model pembelajaran berdasarkan area, terdiri dari:
a. Area Balok
Area balok memfasilitasi anak untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan berpikir matematik, pola, bentuk geometri, ilmu tentang peta (topologi), hubungan satu dengan yang lain, penambahan, pengurangan, perkalian dan pembagian, kemampuan berpikir dan memecahkan masalah, kreativitas, dan memperkuat daya konsentrasi melalui kegiatan membangun dengan balok.
Balok dengan berbagai bentuk dan ukuran Rak untuk meletakkan balok secara terklasifikasi berdasarkan bentuk dan ukuran.
Alas untuk membangun balok. Asesoris balok sebagai pelengkap, misalnya balok berwarna Benda aksesoris lainnya seperti, mobil-mobilan, binatang, orang, pesawat atau pohon-pohonan
b. Area Drama
Area drama memfasilitasi anak untuk mengembangkan pengetahuan dan pengalaman anak dalam menuangkan ide, gagasan dan perasaan melalui kegiatan meniru, simbolik atau berpura-pura tentang peran-peran dalam kehidupan social dilingkungan sekitar.
c. Area Seni
Area seni mendukung pengembangan kreativitas dan pengalaman taktil (perabaan) anak dalam menggunakan berbagai bahan dan alat. Inti dari kegiatan seni adalah anakanak mengeksplorasi dan mengekspresikan apa yang mereka amati, pikirkan, bayangkan, dan rasakan melalui alat dan bahan yang digunakannya.
d. Area Pasir dan Air
Area pasir dan air lebih kepada pengembangan sensorimotorik. Namun demikian sentra ini sangat kaya dengan konsep-konsep matematika dan sains. Anak belajar penuhkosong, berat-ringan, volume, dan sebagainya. Anak juga dapat belajar tentang perubahan bentuk, perubahan warna dan sebagainya.
e. Area Sains
Area Sains menyediakan banyak kesempatan bagi anak-anak untuk menggunakan panca indera dan menyalurkan langsung minat mereka terhadap kejadian-kejadian alamiah dan kegiatankegiatan manipulatif. Area sains juga dapat dilakukan di luar ruangan dengan tanaman, binatang, dan benda-benda di sekitar.
f. Area Keaksaraan
Area keaksaraan mengembangkan kemampuan mengenal konsep huruf, kata, kalimat, dan makna tulisan/bacaan yang ada disekitar anak. Area keaksaraan meliputi buku-buku dan bahan bacaan untuk kegiatan membaca, dibacakan, menyimak, dan menulis.
g. Area Matematika
Area matematika sangat kental dengan kegiatan manipulatif. Di area ini anak dapat belajar tentang bentuk, hitungan, angka, jumlah, pengelompokkan, ukuran, pola, memasangkan. Di area ini juga anak belajar pengembangan bahasa, sosial, emosional, dan aspek perkembangan lainnya.
h. Area Gerak dan Musik
Gerak dan musik untuk anak usia dini sangat penting untuk membangun kesadaran akan gerakan diri sensiri, melatih kelenturan, mengikuti irama music, mengenal bunyi alat musik, mengeksplorasi alat-alat sederhana menjadi alat musik bebas. Kegiatan gerak dan lagu merupakan kebutuhan sehari-hari untuk anak usia dini.
i. Area Agama
Area Agama merupakan hasil pengembangan model area di Indonesia. Area Agama memfasilitasi anak belajar tentang kegiatan ibadah sesuai dengan agama yang dianut.
5. Model Sentra
Sentra yang dikembangkan tidak berbeda dengan sistem area. Perbedaan nampak dalam pengelolaan kelas. Dalam model area semua anak bebas bergerak di semua area yang dikelola oleh seorang pendidik. Sedangkan dalam model sentra anak bebas memilih bermain yang disiapkan dalam satu sentra.
Di dalam sentra dilengkapi dengan 3 jenis kegiatan bermain yaitu bermain sensorimotorik, main peran, dan main pembangunan.
Macam-macam sentra diantaranya:
baca juga:
Standar pencapaian perkembangan anak
panduan penilaian RA TK
Pedoman pelaporan perkembangan anak
a. Sentra Balok
Sentra balok memfasilitasi anak bermain tentang konsep bentuk, ukuran, keterkaitan bentuk, kerapihan, ketelitian, bahasa, dan kreativitas. Bermain balok selalu dikaitkan dengan main peran mikro, dimana bangunan yang dibangun anak digunakan untuk bermain peran.
b. Sentra Main Peran Kecil (mikro)
Main peran kecil mengembangkan kemampuan berpikir abstrak, berbahasa, sosial-emosional, menyambungkan pengetahuan yang sudah dimiliki anak dengan pengetahuan baru, menggunakan alat main peran berukuran kecil. Anak berperan sebagai sutradara yang mengatur beberapa peran.
c. Sentra Main Peran Besar (Makro)
Sentra main peran besar mengembangkan kemampuan mengenal lingkungan sosial, mengembangkan kemampuan bahasa, kematangan emosi dengan menggunakan alat main yang berukuran sesuai dengan ukuran sebenarnya. Dalam sentra main peran besar, anak cenderung menjadi pemain (aktor) dan mengikuti alur cerita yang difasilitasi oleh guru atau dikembangkan sendiri oleh anak.
d. Sentra Imtaq
Sentra Imtaq mengenalkan kehidupan beragama dengan keterampilan yang terkait dengan agama yang dianut anak. Sentra Imtaq untuk RA mengenalkan nilai-nilai kehidupan beragama yang terdapat dalam rukun iman, rukun Islam dan Ihsan yang dilakukan secara konseptual maupun praktis.
e. Sentra Seni
Sentra seni dapat dibagi menjadi seni musik, seni tari, dan seni rupa. Penentuan sentra seni yang dikembangkan tergantung pada kemampuan RA. Disarankan minimal ada dua kegiatan yang dikembangkan di sentra seni yakni seni musik dan seni rupa. Sentra seni mengembangkan kemampuan motorik halus, keselarasan gerak, nada, aspek sosial-emosional dan lainnya. Sentra seni memungkinkan pendidik memfasilitasi anak dalam membuat hasil karya sesuai dengan tema yang berlangsung.
f. Sentra Persiapan
Sentra persiapan lebih menekankan pengenalan keaksaraan awal pada anak. Keaksaraan awal adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan kemampuan anak dalam menggunakan aksara atau membaca dan menulis yang dikuasai sebelum anak belajar cara membaca dan menulis. Keaksaraan awal di antaranya adalah bahasa lisan ekspresif dan reseptif, makna bunyi, pemahaman visual, konsep matematika dasar, dan logika dasar. Kegiatan persiapan dapat juga diperkuat dalam beberapa kegiatan bermain yang berbeda.
g. Sentra Bahan Alam
Sentra bahan alam lebih menguatkan pengetahuan sain, matematika, dan seni. Sentra bahan alam diisi dengan berbagai bahan main yang berasal dari alam, seperti air, pasir, bebatuan, daun, dan sebagainya. Di sentra bahan alam anak memiliki kesempatan menggunakan bahan main dengan berbagai cara sesuai pikiran dan gagasan masing-masing dengan hasil yang berbeda melalui penguatan fungsi panca indera.
h. Sentra Memasak
Sentra memasak kaya dengan pengalaman unik bagi anak dalam mengenal berbagai bahan makanan dan proses sain yang menyenangkan. Sebagai laboratorium mini, sentra memasak memfasilitasi anak belajar konsep matematika, sain, alam, dan sosial, seperti perubahan benda cair ke padat, rasa dan aroma, fungsi panca indera, dan lain sebagainya, sehingga menunjang perkembangan kognitif, sosial-emosional, bahasa, motorik, seni, dan nilai agama.
Model-model pembelajaran tersebut di atas merupakan hasil penelitian dan penerapan para pakar pendidikan anak usia dini yang berlangsung bertahun-tahun sebelum disosialisasikan lebih luas. Pengkajian oleh para ahli dilakukan untuk mengetahui sejauhmana efektifitas model-model tersebut mampu membantu anak dalam belajar.
Setiap model memiliki kekuatan dan keunggulan masing-masing. Oleh karena itu apapun model yang digunakan, anak bisa bermain dengan nyaman, aman, dan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan perilaku baiknya dapat berkembang dengan baik.
Untuk lebih lengkap tentang model pembelajaran ini, sebaiknya anda mendownload
SK Dirjen Pendis Nomor 2765 Tahun 2019 tentang juknis strategi pembelajaran RA
Pencapaian pertumbuhan dan perkembangan spiritual, moral, sosial emosional, kecerdasan, seni, bahasa dan fisik motorik pada anak dicapai melalui pembelajaran yang melibatkan konten dan metode yang digunakan. Metode pembelajaran lebih penting daripada materi yang diajarkan. Karena itu, pendidik dituntut untuk kreatif dan inovatif dalam menggunakan metode dan strategi pembelajaran secara bervariasi. Semoga bermanfaat...