Buku Pedoman Mengatasi Persaingan Anak Usia Dini dan Saudara Kandung

Buku Pedoman Mengatasi Persaingan Anak Usia Dini dan Saudara Kandung
Buku Pedoman Mengatasi Persaingan Anak Usia Dini dan Saudara Kandung

Ibu dan Ayah, sebagai orangtua, kita mempunyai kewajiban untuk selalu membina anak-anak kita agar hidup damai, sejahtera, rukun, dan aman. Oleh karena itu, dalam kehidupan berkeluarga, seluruh anggota keluarga belajar hidup bersama orang lain, yaitu anggota keluarga yang lain, dalam rangka belajar bermasyarakat dengan orang lain di luar keluarganya. Mengingat kehidupan keluarga sangat penting sebagai sarana berlatih mengembangkan kemampuan bersosialisasi (bergaul) dengan orang lain, maka peran orangtua sangat diperlukan untuk memastikan anak-anaknya telah berlatih dengan baik dan mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.

Untuk itu, sebagai pemimpin keluarga, ibu dan ayah diharapkan dapat berperan sebagai wasit yang adil, jujur, dan tidak condong ke satu pihak. Kasus-kasus seperti marah, bertengkar, bersaing, iri-hati, adalah beberapa kejadian nyata yang kerap terjadi di antara anak dengan saudara-saudaranya. Di sinilah kita diharapkan mampu mengajari anak-anak kita, bagaimana mengatasi masalah tersebut. Kepada anak-anak juga dibiasakan untuk selalu mempertimbangkan perasaan dan kepentingan orang lain, tidak hanya memerhatikan kepentingan sendiri. Inilah belajar berdemokrasi secara nyata, sehingga kelak anak menjadi seorang demokratis, yang menghargai dan menghormati orang lain.

Emosi yang tetap dingin


Anak-anak memiliki kepekaan hati dalam menangkap suasana hati orangtuanya. Jika ibu dan ayah marah, gelisah, jengkel, dan perasaan lain sejenisnya, maka anak-anak juga akan terimbas memiliki perasaan yang sama, sehingga mereka cenderung menjadi rewel dan susah diatur. Oleh karena itu, meskipun anak-anak telah membuat jengkel dan marah orangtua, berusahalah dengan sungguh-sungguh untuk tetap sabar dan dingin. Pahami bahwa dunia anak-anak memang seperti itu.

Membangun empati dan jiwa gotong royong


Perasaan empati terhadap kesulitan atau masalah orang lain serta jiwa gotong royong dan tolong-menolong bisa dibangun dalam keluarga, sejak anak berusia dini. Ketika saudaranya sakit, anak bisa diajak mendoakan agar saudaranya cepat sembuh. Ajak anak mengusap-usap atau mengelus kaki saudaranya yang sedang sakit. Pada kesempatan berbeda, untuk membangun jiwa gotong royong, ajak setiap anak untuk bersama-sama orangtua dan semua anak membersihkan ruang tamu, membereskan kamar tidur, dan lain-lain sesuai dengan kemampuan masing-masing anak.

Memang, melibatkan anak dalam beres-beres rumah menjadikan pengerjaan lebih lama, karena sering kali hasil kerja anak tidak seperti yang diharapkan orangtua. Di sinilah diperlukan kesabaran ibu dan ayah serta pengertiannya bahwa semua itu bukan untuk hasil yang diperoleh, melainkan merupakan proses untuk membangun kepedulian, tanggung jawab, dan jiwa gotong-royong anak-anak.

Meminta izin anak sebelum menggunakan apa pun yang menjadi hak anak tersebut


Ibu dan ayah perlu mengajarkan melalui teladan ataupun nasihat agar meminta izin kepada pemiliknya (walaupun itu anaknya sendiri atau saudara) sebelum menggunakan sesuatu, entah itu pensil, tas, handuk, dan lain-lain yang menjadi hak milik seorang anaknya. Hal ini mengandung setidaknya dua makna: pertama, bermakna bahwa kita mengakui keberadaannya dan menghormati haknya; kedua, berarti mengajarkan secara langsung pengakuan terhadap hak-hak orang lain yang perlu dihormati.

Pentingnya menjaga jarak kelahiran


Agar kakak bisa menjadi pengasuh adiknya dan adik dapat meniru dengan baik keteladanan yang dilakukan kakaknya, maka perlu ada jarak kelahiran (selisih usia) yang ideal antara kakak dan adiknya. Jarak kelahiran yang ideal setidaknya tiga tahun. Jarak minimal tiga tahun juga mengurangi risiko persaingan di antara mereka. Di sisi lain, jarak kelahiran minimum tiga tahun akan menampakkan perbedaan fisik dan perkembangan mental yang cukup berarti bagi keduanya.

Dengan demikian akan tumbuh perasaan kakak yang merasa sudah lebih dewasa dan berkewajiban melindungi serta membimbing adiknya, sedangkan si adik merasa nyaman dalam perlindungan kakaknya. Keuntungan lainnya dengan adanya jarak kelahiran yang cukup jauh adalah sang kakak telah lebih siap menerima kelahiran adiknya dan lebih mudah jika diberi pengertian oleh orangtuanya dalam berbagai hal.

Kakak tidak harus selalu mengalah, adik tidak harus selalu dimenangkan


Dalam menyelesaikan setiap persoalan, semua anak memiliki kedudukan yang setara atau sederajat, tidak ada anak yang lebih diutamakan dan selalu dimenangkan. Si kakak atau anak yang lebih besar tidak selalu harus mengalah dan si adik atau yang lebih muda tidak selalu dimenangkan. Misalnya, pada saat mau mengambil minum, mengambil nasi ketika akan makan, memakai suatu mainan, dan lain-lain, maka yang didahulukan adalah yang datang atau mengantre duluan. Jika menyangkut mainan tertentu, buatlah kesepakatan kapan bergantiannya.

Dengan demikian tidak ada salah satu pihak yang merasa dikorbankan sedangkan pihak lainnya diuntungkan. Kelak di masyarakat, mereka akan mengalami hal yang sama, tidak ada yang diistimewakan, semua dalam posisi yang setara. Namun pada situasi tertentu, anak yang tua diberi kesempatan memimpin dan mengatur adik-adiknya, dengan tetap dalam pengawasan dan bimbingan orangtuanya.

Selengkapnya silahkan download pada link berikut:

Buku Pedoman Mengatasi Persaingan Anak Usia Dini dan Saudara Kandung

Referensi: http://paudjateng.xahzgs.com

Catatan:

File yang kami bagikan kami simpan di google drive, jika file format word dan excel dialihkan ke aplikasi google doc maka unduh / save as dulu ya. Namun jika kesulitan, silahkan baca cara downloadnya