Buku Pedoman Tentang Cara Paling Efektif Menjawab Pertanyaan Anak Usia Dini

Buku Pedoman Tentang Cara Paling Efektif Menjawab Pertanyaan Anak Usia Dini
Buku Pedoman Tentang Cara Paling Efektif Menjawab Pertanyaan Anak Usia Dini

Kemampuan seorang anak dalam berbahasa menjadi sangat penting bagi perkembangan kecerdasannya. Semakin banyak kata yang dimiliki anak dan semakin rumit penggunaan kata-kata di dalam rangkaian sebuah kalimat dapat menunjukkan kecerdasan seorang anak. Tidaklah mengherankan anak yang pandai akan memperlihatkan keinginan tahunya dengan cara banyak bertanya. Walaupun tidak berarti bahwa anak yang pandai itu selalu cerewet atau sebaliknya. Keinginan tahu anak juga bisa ditampilkan dengan cara mengutak-atik benda yang ada dan lain-lain.

Kemampuan berpikir anak normal (tidak mengalami gangguan / keterlambatan perkembangan) memiliki pola yang khas. Anak mulai mempertanyakan tentang fakta-fakta melalui pertanyaan “apa”. Dengan bertambahnya usia dan kemampuan berpikirnya, anak mencoba bertanya "mengapa" (bertanya tentang sebab dan akibat) sampai pada "bagaimana" (bertanya tentang proses). Untuk pertanyaan "apa", tidak sulit bagi ibu dan ayah menjawabnya. Tak demikian untuk menjelaskan pertanyaan "mengapa" dan "bagaimana", ibu dan ayah membutuhkan alasan dalam menjawabnya. Penting untuk memberikan penjelasan secara sederhana saja namun masuk akal.

Perlu dipahami, tidak semua anak sering bertanya. Ada anak pendiam karena memang secara keturunan berasal dari ibu dan ayah yang pendiam atau meniru dari lingkungan keluarga yang juga pendiam. Pola pengasuhan pun ikut berperan sehingga anak malas bertanya dan menjadi pendiam, semisal sering menyalahkan, sering melarang. Selain itu, anak dapat menjadi pendiam karena keterlambatan perkembangan bahasa yang disebabkan oleh (1) gangguan secara fisik di alat pendengaran atau alat bicara, sehingga anak tidak mampu mendengar dan tidak bisa menirukan suara; (2) gangguan perkembangan di otak, sehingga terjadi keterbelakangan mental; dan (3) keterlambatan perkembangan akibat kurang stimulasi (perangsangan).

Apa pun pertanyaan yang diajukan anak, hendaknya mendapatkan tanggapan yang positif dari ibu dan ayah atau orang dewasa di sekitarnya. Tidak perlu marah-marah untuk menghentikannya, cukup dengan kalimat yang tegas dan sederhana seperti; "Tunggu sebentar ya, Nak, Ibu masih bicara dengan Ayah." Atau, "Wah, Ibu kurang tahu, nanti kita tanya Ayah, ya." Sikap yang tegas dan jelas akan membantu anak belajar mengatur dirinya, kapan harus bertanya dan kapan harus berhenti sejenak. Jika ibu dan bapak merasa kewalahan, coba alihkan pada kegiatan-kegiatan lain yang bermakna.

Kadang-kadang orangtua menjadi jengkel karena anak usia dininya banyak bertanya dengan pertanyaan yang sama dan berulang-ulang. Mengapa anak menanyakan secara berulang-ulang? Hal ini disebabkan anak belum paham tentang jawaban atas pertanyaannya. Selain juga, pertanyaan yang berulang merupakan cara anak untuk bisa mengingat tentang jawaban yang diberikan.

Contoh, anak bertanya, "Apa tuh?" sambil menunjuk ke arah daun-daunan. Orangtua menjawab, “Itu daun, Nak.” Anak pun bertanya lagi "Apa, tuh?"sambil tetap menunjuk pada daun-daunan yang sama. Orangtua harus menjawab dengan jawaban yang lebih lengkap seperti, "Oh, itu daun sirih. Daunnya lebar, ya. Wah, itu ada yang kuning, itu daun sirih yang layu." sambil kita menunjukkan daun sirih tersebut. Berikan kesempatan pada anak untuk menyentuh dan mencium daun sirih itu sehingga anak menjadi tahu dan yakin akan daun sirih tersebut. Setelah anak bertanya, kita yang kembali bertanya kepadanya, "Nak, ini buah apa?" sambil menunjuk gambar buah jeruk. Jika anak belum bisa menjawab secara utuh, bisa kita pancing dengan, "Ini gambar buah je… ruk."

Ada juga anak-anak yang bertanya berulang kali dengan pertanyaan yang sama untuk mendapatkan perhatian ibu dan bapak. Oleh karena itu, jika anak bertanya, ibu dan bapak harus menjawab dengan penuh perhatian. Berikan waktu yang cukup untuk berbicara dan bermain dengan anak, serta gunakan bahasa tubuh yang benar. Jadi, ketika anak berbicara dengan kita, coba perhatikan wajahnya, berjongkoklah agar pandangan anak sejajar dengan pandangan kita, dengarkan anak berbicara sampai selesai baru kemudian menjawabnya dengan santun. Tidak perlu tergesa-gesa menyimpulkan atau menolak pertanyaan anak. Anak pun dapat bertanya dan bertanya lagi ketika ia menghadapi situasi yang serupa dengan yang pernah dialaminya. Dalam kondisi seperti ini, ibu dan bapak harus dapat memberikan penjelasan yang lebih lengkap.

Tips mengembangkan kecerdasan bahasa anak


Untuk mengembangkan kecerdasan anak melalui bahasa, ada beberapa hal yang perlu dilakukan ibu dan bapak, di antaranya:

  1. Memberikan respons/tanggapan secepat mungkin. Ketika anak bertanya kepada kita, segeralah menjawabnya. Jangan menyia-nyiakan rasa ingin tahu dan kesempatan emas anak untuk belajar sesuatu.
  2. Menyediakan jawaban yang sesuai dengan kemampuan berpikir anak.
  3. Berikan pertanyaan yang terkait dengan apa yang sedang anak tanyakan atau perhatikan. Siapkan pertanyaan pancingan agar anak mau menjawab secara lebih lengkap.
  4. Berikan jawaban sebatas yang ditanyakan. Jawaban yang panjang lebar dapat membuat anak bingung.
  5. Lakukan kontak mata ketika berbicara dengan anak. Usahakan untuk menyesuaikan dengan tingkat penglihatan anak. Bila perlu, berjongkoklah ketika berbicara dengan anak, sehingga ia bisa melihat mata kita dan sebaliknya.
  6. Jika orangtua tidak bisa menjawab, coba cari jawaban dengan berusaha bersama anak, sehingga anak juga belajar bagaimana mencari sumber jawaban. Jangan asal menjawab karena anak-anak dapat salah mengerti.

Selengkapnya bisa anda download pada link berikut ini:

Buku Pedoman Tentang Cara Paling Efektif Menjawab Pertanyaan Anak Usia Dini

Referensi: paud.kemdikbud.go.id

Catatan:

File yang kami bagikan kami simpan di google drive, jika file format word dan excel dialihkan ke aplikasi google doc maka unduh / save as dulu ya. Namun jika kesulitan, silahkan baca cara downloadnya