Bulan puasa bulan penuh rahmat dan ampunan, itulah bahasa yang sering kita dengar dimana-mana. Meski ibadah puasa kita dianggap sah menurut hukum fiqih, belum tentu diterima atau diberi pahala oleh Allah SWT. Sama halnya ibadah yang lain seperti shalat dan haji, tidak semua mendapat predikat haji mabrur.
Pada dasarnya tujuan ibadah hanya kepadaNya bukan yang lain. Sederhana tapi sulit yang hanya bisa dilakukan oleh orang yang betul-betul ingin mendekatkan diri kepada Allah semata. Sayangnya banyak orang yang menganggap sepele / kecil sesuatu yang kecil, padahal dari sesuatu yang kecil tersimpan banyak banyak manfaat. "Little things mean a lot"
baca: kupas tuntas seputar hukum puasa
Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda:
كم من صائم ليس له من صيامه الا الجوع والعطس
"Banyak orang yang berpuasa yang tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan haus"
Dari Hadits diatas, sangat jelas sekali bahwa ibadah puasa tidak sekedar menahan lapar dan dahaga, tapi lebih dalam lagi seluruh tubuh juga ikut berpuasa seperti dalam petikan puisi KH. Musthafa Bisri (gusmus) tentang Nasehat Ramadlan. Menyempurnakan puasa dengan menghindari hal-hal atau nafsu yang tidak disenangi Allah, menjaga mata, mulut, telinga, tangan dan kaki dari hal-hal yang dilarang Allah.
Beberapa hal yang dapat menghilangkan pahala puasa adalah
- Berdusta; baik itu berupa perkataan atau perbuatan, meski berduata itu untuk kebaikan.
- Menyebarkan kekurangan atau kejelekan orang lain.
- Mengadu domba antara satu sama lain.
- Melihat sesuatu dengan syahwat; hal ini tidak hanya kepada manusia, tapi juga kepada binatang dan makhluk Allah yang lain.
- Sumpah palsu; meski sumpah tersebut untuk kebaikan
Perlu diketahui bahwa maksud dari 'untuk kebaikan' disini; baik menurut syariat islam, bukan baik menurut masing-masing orang karena terkadang yang kita anggap baik, belum tentu baik pula menurut hukum islam.
Dari penjelasan singkat diatas, semoga kita mampu berusaha mengamalkan. Meski belum 100% sempurna, setidaknya kita belajar meningkatkan kwalitas ibadah puasa kita secara perlahan hingga pada akhirnya ibadah kita 100% sempurna diterima oleh Allah SWT. Amin...
Referensi: Abu Hamid bin Muhammad al-Ghazali - Bidayatul Hidayah 70.