Pengertian Model Pembelajaran CTL. Menurut Trianto (2009:107), model pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari – hari dengan melibatkan tujuh komponen pembelajaran kontekstual, yakni: konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning),inkuiri ( inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modelling), dan penilaian autentik (autenthic assessment).
Sedangkan menurut Rusman (2012:190), model pembelajaran CTL merupakan suatu model pembelajaran yang memberikan fasilitas kegiatan belajar siswa untuk mencari, mengolah, dan menemukan pengalaman belajar yang lebih bersifat konkret (terkait dengan kehidupan nyata) melalui keterlibatan aktivitas siswa dalam mencoba, melakukan, dan mengalami sendiri.
Berdasarkan kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran CTL adalah suatu konsep belajar yang membantu guru untuk mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa sehingga memberikan fasilitas belajar siswa untuk mencari, mengolah, dan menemukan pengalaman belajar yang lebih bersifat konkret melalui keterlibatan aktivitas siswa dengan melibatkan tujuh komponen pembelajaran kontekstual (kontruktivisme, bertanya, inkuiri, masyarakat belajar, pemodelan, dan penilaian autentik).
Dengan demikian tugas guru dalam hal ini adalah membantu siswa mencapai tujuannya dengan cara mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa) (Riyanto, 2010:160)
Prinsip Model Pembelajaran CTL
Menurut Suprijono (2011:80), prinsip – prinsip dalam model pembelajaran CTL antara lain
- Prinsip Saling Ketergantungan
Prinsip saling ketergantungan merumuskan bahwa kehidupan ini merupakan suatu sistem, lingkungan belajar merupakan sistem yang mengintegrasikan berbagai komponen pembelajaran dan komponen tersebut saling mempengaruhi secara fungsional. Berdasarkan prinsip itu siswa harus bekerjasama menemukan persoalan, merancang rencana dan mencari pemecahan masalah.Sebab dengan bekerjasama akan membantu siswa mencapai keberhasilan, mengingat setiap siswa mempunyai kemampuan berbeda dan unik.
- Prinsip Diferensiasi
Prinsip diferensiasi merujuk pada entitas-entitas yang beraneka ragam dari realitas kehidupan disekitar siswa. Keanekaragaman tersebut mendorong berpikir kritis siswa untuk menemukan hubungan antara entitas-entitas yang beragam itu.
- Prinsip Pengaturan Diri
Prinsip pengaturan diri mendorong pentingnya siswa mengeluarkan seluruh potensi yang dimilikinya. Ketika siswa menghubungkan materi akademik dengan konteks keadaan pribadi mereka, siswa terlibat dalam kegiatan yang mengandung prinsip pengaturan diri,siswa menerima tanggung jawab atas keputusan dan perilaku mereka sendiri, memilih alternatif, membuat ,mengembangkan, informasi, dan secara kritis menilai bukti.
Komponen – Komponen Model Pembelajaran CTL
Menurut Riyanto (2010:169), model pembelajaran CTL terdiri dari tujuh komponen yaitu :
- Konstruktivisme (constructivism)
Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman (sanjaya, 2011:264). Oleh karena itu, siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan permasalahan, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergelut dengan ide-ide. Sehingga dalam dalam proses pembelajaran, siswa dapat membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar.
- Menemukan (inquiry)
Dalam pembelajaran kontekstual pengetahuan dan yang diperoleh siswa bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri.
Langkah – langkah kegiatan menemukan yaitu merumuskan masalah, mengamati atau melakukan observasi, menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar laporan, bagan, tabel, atau karya lainnya dan mengomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas guru, atau audiensi yang lain.
- Bertanya (Questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari bertanya. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran bertanya dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran.
- Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing antar teman, antarkelompok, dan antara yang tahu ke yang belum tahu. Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah antara dua kelompok atau lebih. Kelompok yang terlibat dalam masyarakat belajar memberi informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya.
- Pemodelan (Modelling)
Dalam sebuah pembelajaran keterampilan dan pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. Model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, cara melempar bola dalam olahraga, contoh karya tulis, cara melafalkan, atau guru memberikan contoh cara mengejakan sesuatu.
- Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa yang lalu.
- Penilaian Sebenarya (Authentic Assessment)
Assessment adalah proses penyampaian berbagai data yang memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran tentang perkembangan belajar diperlukan sepanjang proses pembelajaran, sehingga assessment tidak dilakukan di akhir periode pembelajaran seperti pada kegiatan evaluasi hasil belajar tetapi dilakukan bersama secara terintegrasi dari kegiatan pembelajaran serta data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dilakukan siswa pada saat proses pembelajaran.
Langkah-Langkah Model Pembelajaran CTL
Menurut Putra (2013:257) langkah – langkah model pembelajaran CTL yakni:
- Kembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri serta mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
- Laksanakan sejauh mungkin kegitan inkuiri untuk semua topik.
- Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
- Ciptakan masyarakat belajar. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
- Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
- Lakukan penilaian yang sebenarnya (anthentic assessment) dengan berbagai cara.
Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran CTL
Setiap model pembelajaran mempunyai kelebihan dan kelemahan. Demikian pula dengan model pembelajaran CTL.
- Kelebihan Model Pembelajaran CTL
Menurut Putra (2013:259) kelebihan model pembelajaran CTL yaitu:
- Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar disekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting karena dengan mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memorinya, sehingga tidak mudah dilupakan.
- Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep pada siswa, karena pembelajaran kontekstual menganut aliran konstruktivisme, yakni siswa dituntut menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis Konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui “mengalami” bukan “menghafal”.
- CTL adalah model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara penuh, baik fisik maupun mental.
- Kelas dalam pembelajaran kontekstual bukan sebagai tempat untuk memperoleh informasi, tetapi sebagai tempat untu menguji data hasil temuan di lapangan.
- Materi pelajaran dapat ditemukan sendiri oleh siswa, bukan hasil pemberian guru.
- Kelemahan Model Pembelajaran CTL
Menurut Putra (2013:259) kelemahan model pembelajaran CTL yaitu:
- Diperlukan waktu yang cukup lama saat proses pembelajaran CTL berlangsung.
- Jika guru tidak dapat mengendalikan kelas, maka menciptakan suasana kelas yang kurang kondusif.
- Guru lebih intensif dalam membimbing. Sebab, dalam model CTL, guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerjasama untuk menemukan pengetahuan dan keterampilan yang baru. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang.
- Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide serta mengajak siswa agar menggunakan strateginya sendiri dalam belajar. Namun, dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan yang diterapkan semula.
- Upaya Mengatasi Kelemahan Model Pembelajaran CTL
Menurut penulis, upaya untuk mengatasi kelemahan model pembelajaran CTL yaitu:
- Rencanakan proses pembelajaran CTL dengan baik, agar tujuan pembelajaran bisa tercapai dan waktu yang disediakan bisa dimaksimalkan.
- Guru harus bersikap tegas untuk menciptakan suasana yang kondusif dalam melaksanakan proses pembelajaran CTL.
- Dalam pembentukan tim/kelompok, bentuk kelompok hidrogen(pandai, kurang pandai, cepat dan lambat memberi tanggapan).
- Upayakan siswa sudah mengerti materi yang sedang dipelajari dan paham akan langkah model CTL yang diterapkan.
Referensi/Pustaka :
Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung :PT Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Bandung : Alfabeta.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning dan Aplikasi Paikem. Surabaya : Pustaka Pelajar.
Trianto. 2007. Model - Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka.
Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung :PT Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Bandung : Alfabeta.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning dan Aplikasi Paikem. Surabaya : Pustaka Pelajar.
Trianto. 2007. Model - Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka.