Perbandingan Strategi Think-Talk-Write Dengan Ekspositori

Perbandingan Strategi Think-Talk-Write Dengan Ekspositori
Perbandingan Strategi Think-Talk-Write Dengan Ekspositori

Saat ini pemerintah sedang menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya. KTSP merupakan kurikulum berorientasi pada pencapaian kompetensi. Sanjaya, (2008 : 127) menyatakan bahwa tujuan KTSP disini adalah meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan mengembangkan sumber daya yang tesedia.

Perubahan KTSP membawa perubahan dalam pembelajaran di kelas. Dalam KTSP proses pembelajaran lebih menekankan pada keaktifan siswa dibandingkan dengan peran guru. Guru lebih berperan sebagai fasilitator, motivator dan dinamisator, sehingga dalam setiap proses pembelajaran guru diharapkan dapat menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan, yang akan bermuara pada peningkatan prestasi belajar peserta didik. Menurut Mulyasa, (2007 : 39), terutama prestasi pada pelajaran matematika yang membutuhkan pemikiran yang kuat dalam pemahamannya.

Belajar merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada setiap orang. Proses belajar biasanya ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu. Belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja, proses belajar yang diselenggarakan secara formal biasanya dilakukan disekolah. Di sekolah interaksi antara guru, siswa dan lingkungan sekolah juga dapat menentukan keberhasilan dalam proses belajar.

Itulah sebabnya kegiatan guru dalam proses pembelajaran harus dapat menciptakan proses belajar mengajar yang berdaya guna, salah satunya adalah kegiatan dalam merencanakan proses belajar mengajar seperti menetapkan metode yang tepat dalam proses belajar mengajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Dimyati dan Moejiono (1994:3) yang mengatakan bahwa metode mengajar adalah alat untuk mencapai tujuan. Hal ini tidak lepas dari pentingnya seorang guru sebagai tenaga pendidik dalam memilih metode mengajar yang sesuai dan penggunaannya harus disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan, sehingga penggunaannya dapat dikatakan efektif dan efisien dalam upaya tercapainya tujuan pembelajaran.

Matematika sebagai salah satu pembelajaran yang dianggap sulit bagi sebagian siswa. Kesulitan ini tidak hanya pada materi yang diterima siswa tetapi mungkin penggunaan metode mengajar yang kurang tepat. Untuk itu guru dalam mengajar matematika dituntut untuk menggunakan metode yang dirasa tepat atau sesuai. Di samping itu keterlibatan siswa secara aktif dalam berfikir atau kemampuan memecahkan masalah yang merupakan tujuan dari pembelajaran.

Keberhasilan proses belajar mengajar sangat ditentukan oleh strategi pembelajaran yang dipilih oleh seorang guru. Oleh sebab itu, seorang guru harus menguasai berbagai strategi pembelajaran dengan baik. Motif dan gairah belajar pada peserta didik harus selalu dapat dibangkitkan, dipupuk dan dikembangkan. Sehingga, dalam belajar peserta didik tidak jenuh dan dapat merasakan pentingnya materi yang disampaikan.

Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam proses belajar mengajar matematika. Di antaranya adalah tujuan, materi pelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, media dan evaluasi (Sanjaya, 2006: 58). Dari beberapa komponen tersebut, ada satu komponen yang sangat menentukan dalam proses belajar mengajar yaitu metode atau strategi pembelajaran.

Penggunaan strategi yang baik dan benar akan berpengaruh baik terhadap proses belajar mengajar dan kemampuan peserta didik dalam memahami mata pelajaran khususnya matematika sehingga memungkinkan tercapainya prestasi belajar yang gemilang bagi pesereta didik.

Salah satu strategi penbelajaran yang digunakan di sekolah adalah strategi pembelajaran Think-Talk-Write (TTW). Strategi pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) mengajak siswa dalam aktivitas berpikir, berbicara, dan menuliskan materi yang ia pelajari dengan bahasa yang ia konstruk sendiri. Aktivitas berpikir dapat dilihat dari kegiatan membaca. Wiederhold (dalam Yamin dan Antasari, 2009: 84) menyatakan bahwa kemampuan membaca, dan membaca secara komprehensif (reading comprehension) secara umum dianggap berpikir, meliputi membaca baris-demi baris (reading the lines) atau membaca yang penting saja (reading between the lines). Fase berkomunikasi (talk) pada strategi ini memungkinkan siswa untuk terampil berbicara. Dan fase yang terakhir yakni ”write”, siswa menuliskan hasil dari bacaan dan diskusi sebelumnya. Aktivitas menulis berarti mengkonstruksi ide, karena setelah berdiskusi atau berdialog antar teman dan kemudian mengungkapkannya melalui tulisan (Yamin dan Antasari, 2009: 84).

Selain TTW, strategi pembelajaran yang biasa dilakukan oleh adalah strategi ekspositori. Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal (Sanjaya, 2009:179). Keunggulan dalam pembelajaran ekspositori guru dapat mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran, pembelajaran ini juga dianggap paling efektif apabila materi yang harus dikuasai cukup luas, dalam pembelajaran ini siswa selain dapat mendengar melalui penutur tentang materi juga sekaligus dapat melihat/observasi dan strategi pembelajaran ekspositori dapat digunakan dalam jumlah siswa besar dan ukuran kelas besar.
Dalam mata pelajaran Matematika, pokok bahasan faktorisasi bentuk aljabar merupakan bahasan terapan yang sangat bermanfaat dalam mengolah dan menyajikan suatu informasi atau data. Penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari menarik untuk diperluas lagi dengan memahamkan kepada siswa. Siswa dapat mengaitkannya dengan kehidupan mereka di dalam maupun di luar kelas, sehingga strategi Think-Talk-Write (TTW) dapat diterapkan dalam pokok bahasan ini.

Dalam strategi think-talk-write (TTW) tidak hanya mengembangkan kemampuan matematik anak tetapi juga kemampuan komunikasi baik verbal maupun tulisan. Strategi ini menempatkan siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kekreatifan dalam memecahkan masalah, siswa betul-betul ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu dilontarkan kepada siswa untuk dipecahkan. Tugas berikutnya dari guru adalah membimbing belajar siswa dalam rangka pemecahan masalah.
Berikut ini akan diberikan gambaran tentang proses pelaksanaan pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi think-talk-write (TTW) pada sub materi pokok garis singgung persekutuan dua lingkaran yang terdiri dari garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran dan garis singgung persekutuan luar dua lingkaran.

A. Pendahuluan - Menyiapkan masalah yang akan dipecahkan oleh siswa

  • Guru : Pada kegiatan ini guru mengingatkan siswa tentang materi pelajaran sebelumnya (membahas PR), memotivasi siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran dan menjelaskan strategi yang akan digunakan, menyiapkan setting kelas dan alat-alat yang diperlukan serta membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok yang beranggotakan heterogen, serta membagikan Lembar Kerja Siswa(LKS) yang akan dipecahkan siswa tentang garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran dan garis singgung persekutuan luar dua lingkaran.
  • Siswa : Pada kegiatan ini siswa menjawab pertanyaan guru terkait materi pelajaran sebelumnya, mengamati dan memperhatikan informasi atau penjelasan yang disampaikan oleh guru kemudian berkumpul dengan kelompok sesuai dengan pembagian guru.

B. Kegiatan Inti
Tahap I : Tahap Berpikir (Think)

  • Guru : Pada tahap ini guru memberikan waktu kepada siswa dalam kelompok untuk membaca referensi dan membuat catatan terkait materi garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran dan garis singgung persekutuan luar dua lingkaran serta penyelesaian masalah dalam LKS yang telah dibagikan.
  • Siswa :Siswa membaca referensi dan membuat catatan terkait dengan materi garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran dan garis singgung persekutuan luar dua lingkaran serta menyelesaikan masalah dalam LKS secara berkelompok.

Tahap II : Tahap Berbicara (Talk)

  • Guru : Pada tahap ini guru mengkondisikan kelas untuk setting diskusi baik dalam kelompok dan diskusi antar kelompok, guru menjadi moderator merangkap motivator yang mengatur jalannya diskusi antar kelompok untuk membahas hasil bacaan dan catatan pada tahap sebelumnya serta penyelesaian masalah yang ada pada LKS.
  • Siswa : Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman untuk membahas hasil bacaan dan catatan tentang materi garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran dan garis singgung persekutuan luar dua lingkaran serta mencari penyelesaian permasalahan yang ada di LKS.

Tahap III : Tahap Menulis (Write)

  • Guru : Pada tahap ini guru memberikan waktu kepada siswa untuk menuliskan materi kembali dan solusi dari permasalahan yang ada di LKS sesuai dengan bahasa sendiri secara individual.
  • Siswa : Siswa menulis materi kembali dan solusi dari permasalahan yang ada di LKS sesuai dengan bahasa sendiri.

C. Penutup

  • Guru : Pada kegiatan ini guru memberikan PR dan mengakhiri pelajaran
  • Siswa : Pada kegiatan ini siswa mencatat PR, Berbeda jika dibandingkan dengan strategi pembelajaran ekspositori, pada strategi ini proses pembelajaran ditekankan pada komunikasi verbal. Dalam strategi ini guru mempresentasikan bahan pelajaran. Siswa mendapatkan materi jadi bukan dikonstruksi sendiri.

Dalam pembelajaran Matematika Materi Pokok Garis singgung Lingkaran yang dilaksanakan dengan strategi Ekspositori kita dapat menerapkannya dengan beberapa langkah:

1. Persiapan (Preparation)

  • Guru : Pada kegiatan ini guru mengingatkan siswa tentang materi pelajaran sebelumnya (membahas PR), memotivasi siswa, serta menyampaikan tujuan pembelajaran.
  • Siswa : Pada kegiatan ini siswa menjawab pertanyaan guru terkait materi pelajaran sebelumnya, mengamati dan memperhatikan informasi atau penjelasan yang disampaikan oleh guru.

2. Kegiatan Inti
Tahap Penyajian (Presentation)
  • Guru : Guru memberikan penjelasan tentang garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran dan garis singgung persekutuan luar dua lingkaran.
  • Siswa : Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran dan garis singgung persekutuan luar dua lingkaran.

Tahap Menghubungkan (Correlation)

  • Guru : Guru mengaitkan materi garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran dan garis singgung persekutuan luar dua lingkaran dengan kehidupan siswa.
  • Siswa : Siswa mendengarkan penjelasan guru dan menanyakan hal yang tidak dimengerti.

Tahap Menyimpulkan (Generalization)

  • Guru : Pada tahap ini guru menyimpulkan materi dengan memberikan poin penting dari garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran dan garis singgung persekutuan luar dua lingkaran
  • Siswa : Siswa mendengarkan penjelasan guru dan menanyakan hal-hal yang tidak dimengerti.

Tahap Penerapan (Application)

  • Guru : Guru memberikan soal terkait materi garis singgung persekutuan dua lingkaran serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan sendiri kemudian dibahas secara klasikal.
  • Siswa : Siswa mengerjakan soal yang diberikan guru kemudian secara bergantikan membahas soal ke depan kelas.

3. Penutup

  • Guru : Pada kegiatan ini guru memberikan PR dan mengakhiri pelajaran
  • Siswa : Pada kegiatan ini siswa mencatat PR

Perbandingan Strategi TTW dengan Strategi Pembelajaran Ekspositori

NoThink-Talk-WriteEkspositori
1.Peserta didik berperan aktif dalam proses pembelajaran, mulai dari tahap berpikir, berbicara, dan menulisPeserta didik berperan pasif sebagai penerima informasi
2.Prinsip komunikasi verbal diterapkan oleh siswa selaku penyampai pesanPrinsip komunikasi verbal diterapkan guru selaku penyampai pesan
3.Pengetahuan dibangun oleh konstruksi siswa dari hasil bacaan, diskusi, dan tulisanPengetahuan didapat dari guru tanpa konstruksi siswa
4.Kemampuan didasarkan atas hasil bacaan, diskusi, dan tulisanKemampuan diperoleh melalui latihan
5.Tujuan akhir pembelajaran adalah kemampuan pemahaman dan komunikasi matematik siswaTujuan akhir pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran
6.Keberhasilan pembelajaran dilihat mulai dari proses dan hasil belajar (tes)Keberhasilan pembelajaran dilihat hanya dari hasil tes
7.Interaksi dominan antar siswaInteraksi dominan antara siswa dengan guru

Atas dasar pembahasan komparatif konsepsional (teoritis) diatas maka dapat peneliti tegaskan bahwa strategi pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) lebih baik dalam memotivasi siswa dalam pembelajaran dibandingkan strategi pembelajaran Ekspositori.

Referensi :
Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi VI). Jakarta: Rineka Cipta 2006
Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta 2010

Catatan:

File yang kami bagikan kami simpan di google drive, jika file format word dan excel dialihkan ke aplikasi google doc maka unduh / save as dulu ya. Namun jika kesulitan, silahkan baca cara downloadnya