Membicarakan tentang pentingnya pendidikan tidak akan ada habis-habisnya, seperti kita membicarakan tentang masalah cinta. Karena pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan kita. Pendidikan adalah satu-satunya jalan untuk membina manusia menuju kearah yang lebih baik bukan malah sebaliknya. Akan tetapi pada jaman sekarang ini, yang terjadi malah sebaliknya, pendidikan menjadikan manusia menjadi tidak baik. Apakah pendidikannya yang salah, atau sistem pendidikannya yang tidak bagus, atau para pendidiknya atau bahkan para peserta didiknya yang tidak bermoral. Ini sebuah problematika yang sering kita temui pada masa sekarang. Pada dasarnya pendidikan memberikan pengajaran pada manusia secara seutuhnya. Baik dari segi Sumber Daya Manusia (SDM) maupun dari segi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
Sistem pendidikan yang salah hanya akan dapat menghasilkan sumber daya manusia yang kurang berkualitas. Hal ini dikarenakan tujuan pencapaian atau standar kompetensi yang ada hanya mengarah pada kemampuan prestasi akademik. Padahal dalam dunia nyata, teori yang selama ini dipelajari dalam bangku sekolah terkadang hanya sebagian kecil yang terpakai. Oleh sebab itu, diharapkan sistem pendidikan yang ada saat ini tidak hanya mengedepankan dari sisi akademik saja, melainkan juga terkait softskill, attitude, dan communication skill juga harus diperhatikan. Hal ini agar dapat dihasilkan SDM-SDM yang berkarakter dan berkualitas dari sistem pendidikan yang ada.
Indonesia memiliki banyak sekali intelektual dalam setiap tahunnya, bahkan pernah berada di peringkat kelima dunia seperti di kutip merdeka.com. Negeri Tirai Bambu sekarang hingga 12 tahun lagi digadang-gadang tetap nomor satu dalam urusan menyumbang jumlah sarjana ke pasar dunia. Perkembangan pengetahuan pun diramal bergeser ke Asia, sebab setelah China, India di urutan kedua, Rusia posisi keempat, lalu Indonesia. Namun, banyaknya lulusan sarjana di Indonesia saat ini tidak diimbangi dengan terserapnya mereka di industri kerja yang sesuai dengan bidangnya. Sehingga banyak tercipta warga intelektual yang mengungsi ke negara lain atau bahkan menganggur pasca kampus. Pada tahun 2014 angka pengangguran 7,24 juta orang, naik dari 5,70% ke angka 5,94%.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan lulusan sarjana di Indonesia banyak yang tidak tersalurkan pada dunia kerja saat ini. Salah satu faktornya adalah sistem pendidikan di Indonesia yang sering berubah-ubah dan hanya berorientasi pada kemampuan akademik saja sehingga para sarjana tidak memiliki keahlian khusus yang sesuai dengan kebutuhan industri pasca kampus. Perubahan sistem pendidikan pastinya memiliki dampak positif maupun dampak negatif. Selalu adanya evaluasi untuk menjadikan sistem pendidikan di Indonesia agar senantiasa mengalami peningkatan mutu.
Oleh sebab itu, pemerintah harus memberikan solusi yang tepat untuk kemajuan pendidikan tersebut. Karena sebuah negara akan mundur dan tidak akan maju, kalau pendidikannya tertinggal. Akan tetapi sebaliknya, negara akan cepat berkembang dan maju pesat jika dibarengi dengan pendidikan, dan sistem pendidikannya yang baik. Karena pendidikan merupakan sebuah tangga untuk menuju sebuah kebangkitan. Bagaimana kita akan bersaing dengan negara lain, kalau sistem pendidikan dan anggaran pendidikannya masih lemah. Hal serupa dikatakan oleh HM. Jusuf Kalla, sewaktu beliau masih menjabat Menko Kesra, bahwa mutu pendidikan Indonesia kini berada diurutan ke-tujuh dari 10 negara di Asia Tenggara, padahal Indonesia termasuk bangsa yang besar yang semestinya mutu pendidikannya lebih bagus dari Malaysia. “Kalau ingin memperbaiki sektor pendidikan, jangan lagi menggunakan sistem lama, yang karena anak pejabat, seorang siswa diluluskan meski tidak sepantasnya lulus, sebab ada tekanan dari atas,” katanya di Makasar, pada tahun 2003.
Semua ini tidak hanya tanggung jawab pemerintah, tapi juga pengusaha dan rakyat / peserta didik yang harus ikut meningkatkan kualitas pendidikan atau SDM nya agar memiliki kualitas yang baik untuk masa depan.