Puasa tingkat pemula adalah puasa lahiriah, puasa tingkat menengah adalah seluruh anggota tubuh, sedangkan puasa tingkat tinggi adalah puasa hati. Dihati tidak ada tempat untuk selain Allah. Hati terlepas dari bayangan-bayangan rendah dan pikiran duniawi, total berisi Allah.
Imam Ghazali menyatakan bahwa rumusan puasa hati tidaklah panjang lebar, tidak perlu pemilahan yang jelimet. Yang panjang lebar, berliku adalah upaya mewujudkannya dalam bentuk amal. Sebab puasa hati adalah menghadap dengan semangat yang murni kepada Allah dan menghilangkan semua selain Allah.
Terkait: Puasa versi 4 madzhab
Dengan memikirkan sesuatu selain Allah, memikirkan materi atau apapun yang ada di dunia ini, maka puasanya batal kecuali duniawi yang menjadi bekal akhirat.
Ulama yang menyelami puasa hati menyatakan bahwa orang yang masih memiliki keinginan bekerja di siang hari untuk mendapatkan makanan untuk berbuka, maka itu sebuah kesalahan. Keinginan semacam itu timbul karena ia kurang mantap terhadap anugerah Allah dan tidak meyakini keniscayaan yang telah dijanjikan oleh Allah.
Puasa semacam ini adalah puasanya para nabi, orang-orang yang memiliki kemantapan iman yang luar biasa, dan orang-orang yang betul-betul dekat dengan Allah.
Jadi, puasa tingkat tinggi sudah melampaui batas tubuh, menjadi semacam kesunyian total. Buah yang dipetik tidak sekedar kepatuhan atau keshahihan tapi juga kedekatan. Seluruh detik dari puasanya tertaut dengan hati, dengan menggunakan dua arah sekaligus, yaitu menghindar dan mendekap. Menghindari dan menghilangkan penyakit-penyakit yang tersembunyi di dalam hati, menghindari arus duniawi, lalu fokus total kepada Allah Al-Wahid Al-Ahad.