Sebelumnya saya sudah membahas tentang bagaimana memahami karakter siswa sekolah dasar, peran guru tentu sangat penting untuk menjadi acuan karena hal ini juga berkaitan jika kita mau mencermati efek atau akibat kesulitan belajar yang dialami siswa. Karena itulah saat ini kita bahas secara detail tentang perkembangan peserta didik.
Perkembangan kemampuan Intelektual beserta ciri-cirinya, maka berbeda hal dengan satu ini meski satu nada namun ini pada perkembangan moral peserta didik
Tahap Perkembangan moral menurut Kohlberg terdiri dari 3 tingkat, yang masing-masing tingkat terdapat 2 tahap, yaitu:
A. Tingkat Pra Konvensional
Tingkat Pra Konvensional (Moralitas Pra-Konvensional) yaitu perilaku anak tunduk pada kendali eksternal:
- Orientasi pada kepatuhan dan hukuman anak melakukan sesuatu agar memperoleh hadiah (reward) dan tidak mendapat hukuman (punishment)
- Relativistik Hedonism anak tidak lagi secara mutlak tergantung aturan yang ada. Mereka mulai menyadari bahwa setiap kejadian bersifat relative, dan anak lebih berorientasi pada prinsip kesenangan. Menurut Mussen, dkk. Orientasi moral anak masih bersifat individualistis, egosentris dan konkrit.
B. Tingkat Konvensional
Tingkat Konvensional (Moralitas Konvensional) fokusnya terletak pada kebutuhan social (konformitas).
- Orientasi mengenai anak yang baik anak memperlihatkan perbuatan yang dapat dinilai oleh orang lain.
- Mempertahankan norma2 sosial dan otoritas menyadari kewajiban untuk melaksanakan norma-norma yang ada dan mempertahankan pentingnya keberadaan norma, artinya untuk dapat hidup secara harmonis, kelompok sosial harus menerima peraturan yang telah disepakati bersama dan melaksanakannya
C. Tingkat Post-Konvensional
Tingkat Post-Konvensional (Moralitas Post-konvensional) individu mendasarkan penilaian moral pada prinsip yang benar secara inheren.
- Orientasi pada perjanjian antara individu dengan lingkungan sosialnya pada tahap ini ada hubungan timbal balik antara individu dengan lingk sosialnya, artinya bila seseorang melaksanakan kewajiban yang sesuai dengan tuntutan norma social, maka ia berharap akan mendapatkan perlindungan dari masyarakat.
- Prinsip Universal pada tahap ini ada norma etik dan norma pribadi yang bersifat subjektif. Artinya: dalam hubungan antara seseorang dengan masyarakat ada unsur-unsur subjektif yang menilai apakah suatu perbuatan itu baik atau tidak baik; bermoral atau tidak bermoral. Disini dibutuhkan norma etik yang sifatnya universal sebagai sumber untuk menentukan suatu perilaku yang berhubungan dengan moralitas.
Adapun kelebihan dan kekurangan teori belajar kognitif sebagai berikut:
1. Kelebihan:
- Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri.
- Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah.
2. Kekurangan:
- Teori ini tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan.
- Sulit dipraktikkan, khususnya di tingkat lanjut.
- Beberapa prinsip, seperti intelegensi, sulit dipahami dan pemahamannya masih belum tuntas.
Referensi: www.gurusd.net